Senin, 08 Juni 2009
Gilang Trio Putra
Nama : Tar(i).Gilang Trio Putra
NIT :LLU.IV.08.11.-
Asal :Wonosobo - JawaTengah
No Tlp :085669294021
Cita2 :KEliling Dunia & best auditor
Hobby :Jalan2, baca komik
Motto : tomorrow never die, so never give up!
Reisha Virjeana Juwita
Agistinisa Aini
Minggu, 31 Mei 2009
Rahmawati Sukra
Khoirita Majida
Nama : Tar(i). Khoirita Majida
NIT :LLU.IV.08.11.293
Asal :Semarang - Jawa Tengah
No Tlp :085641333376
Cita2 :membahagiakan orang tua&orang sekitar saya, be the best atc
Hobby :jalan2, nonton
Motto : bikin hidup lebih hidup & enjoy aja!
NIT :LLU.IV.08.11.293
Asal :Semarang - Jawa Tengah
No Tlp :085641333376
Cita2 :membahagiakan orang tua&orang sekitar saya, be the best atc
Hobby :jalan2, nonton
Motto : bikin hidup lebih hidup & enjoy aja!
Inda Tri Pasa
Rachma Fitrianti
Anissah Afiandini
Fardan Zeda Achmadi Yuda
Martha Saulina
Anik Fitriana
Susi Air Antar Anda ke Surganya Tukang Besi
Minggu, 31 Mei 2009 | 07:47 WIB
WAKATOBI, KOMPAS.com - Perjalanan menuju Kepulauan Wakatobi tampaknya tidak akan menjadi keluhan lagi bagi sebagian kalangan masyarakat, terutama para wisatawan. Turis yang ingin menikmati obyek wisata alam di kepulauan yang memiliki ekosistem terumbu karang indah di bawah laut, akan lebih mudah karena akses transportasi udara mulai terbuka.
Dengan adanya bandar udara (Bandara) Matahora di Kota Wangi-Wangi, yang telah diresmikan oleh Menteri Perhubungan, Jusman Safi’i Jamil (22/5) tampaknya telah menghilangkan animo bahwa transporatasi wilayah kepulauan hanya bisa dilayani dengan angkutan laut.
Gugusan kepulauan Wakatobi -- akronim dari nama pulau Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko -- merupakan salah satu wilayah terisolasi di bagian timur Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) karena letak geografisnya berada di perairan Laut Banda.
Untuk menjangkau wilayah yang juga dikenal Pulau Tukang Besi (daerah penghasil kerajinan besi), cukup jauh dari Kota Kendari, ibukota Provinsi Sultra. Masyarakat yang akan ke kota dan dari Kota Kendari - Wakatobi menggunakan kapal pelayaran rakyat dengan waktu tempuh sekitar 10 jam (musim gelombang laut rendah) sampai 15 jam (musim gelombang laut tinggi).
Selain itu juga dapat melalui perjalanan laut dari Kota Kendari - Kota Bau-Bau dengan menggunakan kapal cepat, dan melanjutkan perjalanan darat menuju pelabuhan Lasalimu atau Pasar Wajo (Kabupaten Buton), kemudian menggunakan kapal pelayanan rakyat ke Wakatobi.
Bagi masyarakat kepulauan Wakatobi, perjalanan seperti itu merupakan hal biasa, tetapi bagi masyarakat luar Wakatobi, apalagi kalangan wisatawan, mungkin tidak terbiasa karena selain menyita waktu perjalanan yang panjang, juga bisa melelahkan.
Melihat kondisi geografis kepulauan Wakatobi yang sejak tahun 2003 menjadi daerah otonomi -- pemekaran dari Kabupaten Buton--, akhirnya Bupati Wakatobi, Hugua dengan dukungan DPRD dan masyarakat setempat membangun Bandara Matahora menggunakan dana APBD Wakatobi tahun 2008.
Hugua mengatakan, pembangunan bandara tersebut dilakukan secara bertahap, mulai tahun 2008 landasan pacu sepanjang 1.400 meter, dan tahun 2009 diperpanjang menjadi 1.800 meter dan tahun 2010 akan diperpanjang menjadi 2.100 meter agar dapat melayani pesawat berbadan lebar.
Pengoperasian Bandara Matahora oleh Menteri Perhubungan yang lalu juga sekaligus diawali dengan penerbangan perdana pesawat Susi Air - pesawat berbadan kecil dengan kapasitas penumpang 12 orang-- , dari Kota Kendari - Wakatobi yang membutuhkan waktu sekitar 45 menit.
Terobosan pembangunan Bandara ini, kata dia, sangat penting untuk mempermudah akses transportasi ke daerah ini, sebab kalau mengandalkan akses transportasi laut, maka wilayah tersebut sulit untuk maju sejajar dengan daerah lain.
Pembangunan Bandara ini diharapkan dapat memacu pertumbuhan ekonomi daerah ini dan sekitarnya, karena akses transportasi semakin terbuka, berarti perputaran roda perekonomian rakyat bisa meningkat, ujarnya dengan penuh harap di masa depan.
Menurut Hugua, dengan penggunaan transportasi udara tersebut, bagi wisatawan, baik dalam negeri maupun luar negeri yang melakukan perjalanan pulang pergi ke dan dari Wakatobi - daerah asal wisatawan itu, bisa terpangkas waktu minimal selama empat hari.
Para wisatawan membutuhkan perjalanan yang cepat, rasa nyaman dan aman ke Wakatobi, oleh karena itu, salah satu solusinya dengan membangun Bandara tersebut, ujarnya.
Hugua memprediksi bahwa jumlah wisatawan ke Wakatobi di mas mendatang bisa melonjak dari sebelumnya mencapai sekitar 3.000 sampai 4.000 orang, menjadi sekitar 200.000 orang per tahun.
Saya optimistis dengan adanya bandara ini, jumlah wisatawan bisa meningkat. Sebelumnya banyak turis mengurungkan niatnya ke Wakatobi hanya karena masalah transportasi, ujar Hugua yang selalu aktif ke luar negeri untuk mempromosikan potensi sumber daya alam daerahnya.
Ia mengatakan, wisatawan mancanegara yang ke Wakatobi datang secara terorganisir dengan menggunakan transportasi udara khusus dari Bandara Ngurah Rai Denpasar Bali melalui Bandara Maranggo di Pulau Tomia, yang dikelola investor PT. Wakatobi Divers Resort asal Jerman.
Wisatawan yang menggunakan jasa PT. Wakatobi Divers Resort itu selalu antri setiap tahun untuk berkunjung ke Wakatobi, oleh karena itu, kami buka akses transportasi udara lain melalui Bandara Matahora, dengan harapan agar masyarakat, khususnya wisatawan yang mau ke sini tidak lagi kesulitan transportasi, ujarnya.
Hugua yang juga dikenal sebagai pegiat lembaga swadaya masyarakat Sintesa ini mengatakan, Wakatobi dengan luas wilayah 65.705 kilometer persegi itu, memiliki potensi kekayaan sumber daya laut yang luar biasa karena letaknya berada di segi tiga karang dunia yang melinatasi di enam negara, yakni Malaysia, Philipina, Pulau Salomon, Papua Nugini dan Timor Laste.
Berdasarkan hasil penelitian dari lembaga studi internasional, kata Hugua, Wakatobi memiliki keanekaragam terumbu karang terbesar di dunia sekitar 750 jenis dibandingkan dengan terumbu karang di Laut Merah memiliki sekitar 450 jenis dan Laut Karibia sekitar 50 jenis.
Oleh karena itu, kata Hugua, Pemerintah Kabupaten Wakatobi memberikan julukan obyek wisata alam bahari itu dengan Bumi Surga Bawah Laut, yang diimplementasikan dalam konsep visi pemerintah daerah tersebut, yakni Terwujudnya Surga Nyata Bawah Laut di Jantung Segitiga Karang Dunia.
Konsep visi dan misi Pemerintah Wakatobi seperti ini bisa dikatakan sesuatu yang ambisius dan mimpi, tapi inilah karakter wilayah ini karena berbeda dengan daerah lain di Indonesia karena potensi andalan adalah kekayaan sumber daya laut, baik hasil perikanan maupun pariwisata, khususnya obyek wisata terumbu karang, ujarnya.
Selain pariwisata, potensi sumber daya perikanan di Wakatobi, juga cukup kaya dengan ikan cakalang, tuna, kerapu, kakap, lobster, teripang, dan rumput laut, serta penangkaran satwa langka penyu.
Pemkab Wakatobi, kata Hugua, telah menfokuskan perhatian pada sektor pariwisata dan perikanan, meskipun dalam kerangka kebijakan pemerintah setempat bahwa prioritas utama pembangunan pada sektor pendidikan, kesehatan dan pembangunan sarana infrastruktur serta peningkatan pelayanan birokrasi pemerintah.
Dengan bertumpu pada prioritas utama pembangunan tersebut, sehingga alokasi anggaran sektor pariwisata dan sumber daya perikanan cukup kecil karena fokus perhatian kedua sektor ini bukan pembangunan fisik, tetapi lebih bersifat promotif terhadap potensi sektor pariwisata dan hasil-hasil perikanan, ujarnya.
Pada saat peresmian Bandara Matahora dan penerbangan perdana pesawat Susi Air (22/5), Menteri Perhubungan, Jusman Safi’i Jamal memuji inisiatif Pemerintah Kabupaten Wakatobi dan maskapai Susi Air yang telah melakukan terobosan membuka keterisolasian wilayah ini dengan membangun bandara dan pelayanan pesawat penerbangan.
Kami sangat menghargai dan mendukung inisiatif Bupati Wakatobi membangun bandara ini dan pihak maskapai Susi Air yang melayani penerbangan di daerah ini. Mudah-mudahan manfaatnya bisa memacu pusat-pusat pertumbuhan daerah ini dan sekitar, ujarnya.
Sebab, kata Menhub, pembangunan bandara tersebut sangat strategis untuk mendukung Kabupaten Wakatobi sebagai daerah wisata surga di bawah laut dan pemanfaatan potensi kekayaan sumber daya perikanan.
Hal senada dikatakan Gubernur Sultra Nur Alam, kehadiran Bandara Wakatobi sangat stretegis untuk mendukung pengelolaan potensi kekayaan alamnya terutama obyek wisata yang keindahan panorama bawah laut dan sumber daya perikanan.
Wakatobi sudah terkenal di dunia dengan aneka ragam dan keindahan terumbu karangnya, oleh karena itu, kehadiran bandara akan membuka mata dunia untuk menarik banyak pengunjung untuk menyaksikan surga di bawah laut, ujarnya.
Karena itu, kata Nur Alam, Pemerintah Provinsi Sultra akan mengoordinasikan dengan seluruh pemerintah kabupaten dan kota di Sultra agar membangun infrastruktur Bandara di daerahnya masing-masing agar bisa ’link’ dilayani oleh pesawat Susi Air.
Kami akan menyusun ’master plan’ penerbangan yang dapat melayani seluruh wilayah di Sultra dan juga daerah sekitarnya seperti Kepulauan Flores (NTT) dan Buru (Maluku) ujarnya.
Direktur Maskapai Susi Air, Susi Pujiastuti mengatakan, pihaknya menyediakan layanan transportasi udara tersebut pulang pergi dari dan ke Kendari - Wangi-Wangi sebanyak 10 kali dalam semiggu.
Susi menambahkan, pihaknya juga telah berkomitmen untuk melayani penerbangan di daerah pesisir yang memiliki visi penyelamatan lingkungan, oleh karena itu, selain penumpang, juga pesawat tersebut akan melayani kargo hasil perikanan yang ramah lingkungan.
Saya sampaikan bahwa kami tidak akan melayani kargo hasil perikanan yang diperoleh dengan menangkap ikan dengan bom, potasium, dan merusak hutan bakau serta tidak melayani kargo ikan hias.
ABI
Sumber : Ant
Sumber: Kompas.Com
WAKATOBI, KOMPAS.com - Perjalanan menuju Kepulauan Wakatobi tampaknya tidak akan menjadi keluhan lagi bagi sebagian kalangan masyarakat, terutama para wisatawan. Turis yang ingin menikmati obyek wisata alam di kepulauan yang memiliki ekosistem terumbu karang indah di bawah laut, akan lebih mudah karena akses transportasi udara mulai terbuka.
Dengan adanya bandar udara (Bandara) Matahora di Kota Wangi-Wangi, yang telah diresmikan oleh Menteri Perhubungan, Jusman Safi’i Jamil (22/5) tampaknya telah menghilangkan animo bahwa transporatasi wilayah kepulauan hanya bisa dilayani dengan angkutan laut.
Gugusan kepulauan Wakatobi -- akronim dari nama pulau Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko -- merupakan salah satu wilayah terisolasi di bagian timur Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) karena letak geografisnya berada di perairan Laut Banda.
Untuk menjangkau wilayah yang juga dikenal Pulau Tukang Besi (daerah penghasil kerajinan besi), cukup jauh dari Kota Kendari, ibukota Provinsi Sultra. Masyarakat yang akan ke kota dan dari Kota Kendari - Wakatobi menggunakan kapal pelayaran rakyat dengan waktu tempuh sekitar 10 jam (musim gelombang laut rendah) sampai 15 jam (musim gelombang laut tinggi).
Selain itu juga dapat melalui perjalanan laut dari Kota Kendari - Kota Bau-Bau dengan menggunakan kapal cepat, dan melanjutkan perjalanan darat menuju pelabuhan Lasalimu atau Pasar Wajo (Kabupaten Buton), kemudian menggunakan kapal pelayanan rakyat ke Wakatobi.
Bagi masyarakat kepulauan Wakatobi, perjalanan seperti itu merupakan hal biasa, tetapi bagi masyarakat luar Wakatobi, apalagi kalangan wisatawan, mungkin tidak terbiasa karena selain menyita waktu perjalanan yang panjang, juga bisa melelahkan.
Melihat kondisi geografis kepulauan Wakatobi yang sejak tahun 2003 menjadi daerah otonomi -- pemekaran dari Kabupaten Buton--, akhirnya Bupati Wakatobi, Hugua dengan dukungan DPRD dan masyarakat setempat membangun Bandara Matahora menggunakan dana APBD Wakatobi tahun 2008.
Hugua mengatakan, pembangunan bandara tersebut dilakukan secara bertahap, mulai tahun 2008 landasan pacu sepanjang 1.400 meter, dan tahun 2009 diperpanjang menjadi 1.800 meter dan tahun 2010 akan diperpanjang menjadi 2.100 meter agar dapat melayani pesawat berbadan lebar.
Pengoperasian Bandara Matahora oleh Menteri Perhubungan yang lalu juga sekaligus diawali dengan penerbangan perdana pesawat Susi Air - pesawat berbadan kecil dengan kapasitas penumpang 12 orang-- , dari Kota Kendari - Wakatobi yang membutuhkan waktu sekitar 45 menit.
Terobosan pembangunan Bandara ini, kata dia, sangat penting untuk mempermudah akses transportasi ke daerah ini, sebab kalau mengandalkan akses transportasi laut, maka wilayah tersebut sulit untuk maju sejajar dengan daerah lain.
Pembangunan Bandara ini diharapkan dapat memacu pertumbuhan ekonomi daerah ini dan sekitarnya, karena akses transportasi semakin terbuka, berarti perputaran roda perekonomian rakyat bisa meningkat, ujarnya dengan penuh harap di masa depan.
Menurut Hugua, dengan penggunaan transportasi udara tersebut, bagi wisatawan, baik dalam negeri maupun luar negeri yang melakukan perjalanan pulang pergi ke dan dari Wakatobi - daerah asal wisatawan itu, bisa terpangkas waktu minimal selama empat hari.
Para wisatawan membutuhkan perjalanan yang cepat, rasa nyaman dan aman ke Wakatobi, oleh karena itu, salah satu solusinya dengan membangun Bandara tersebut, ujarnya.
Hugua memprediksi bahwa jumlah wisatawan ke Wakatobi di mas mendatang bisa melonjak dari sebelumnya mencapai sekitar 3.000 sampai 4.000 orang, menjadi sekitar 200.000 orang per tahun.
Saya optimistis dengan adanya bandara ini, jumlah wisatawan bisa meningkat. Sebelumnya banyak turis mengurungkan niatnya ke Wakatobi hanya karena masalah transportasi, ujar Hugua yang selalu aktif ke luar negeri untuk mempromosikan potensi sumber daya alam daerahnya.
Ia mengatakan, wisatawan mancanegara yang ke Wakatobi datang secara terorganisir dengan menggunakan transportasi udara khusus dari Bandara Ngurah Rai Denpasar Bali melalui Bandara Maranggo di Pulau Tomia, yang dikelola investor PT. Wakatobi Divers Resort asal Jerman.
Wisatawan yang menggunakan jasa PT. Wakatobi Divers Resort itu selalu antri setiap tahun untuk berkunjung ke Wakatobi, oleh karena itu, kami buka akses transportasi udara lain melalui Bandara Matahora, dengan harapan agar masyarakat, khususnya wisatawan yang mau ke sini tidak lagi kesulitan transportasi, ujarnya.
Hugua yang juga dikenal sebagai pegiat lembaga swadaya masyarakat Sintesa ini mengatakan, Wakatobi dengan luas wilayah 65.705 kilometer persegi itu, memiliki potensi kekayaan sumber daya laut yang luar biasa karena letaknya berada di segi tiga karang dunia yang melinatasi di enam negara, yakni Malaysia, Philipina, Pulau Salomon, Papua Nugini dan Timor Laste.
Berdasarkan hasil penelitian dari lembaga studi internasional, kata Hugua, Wakatobi memiliki keanekaragam terumbu karang terbesar di dunia sekitar 750 jenis dibandingkan dengan terumbu karang di Laut Merah memiliki sekitar 450 jenis dan Laut Karibia sekitar 50 jenis.
Oleh karena itu, kata Hugua, Pemerintah Kabupaten Wakatobi memberikan julukan obyek wisata alam bahari itu dengan Bumi Surga Bawah Laut, yang diimplementasikan dalam konsep visi pemerintah daerah tersebut, yakni Terwujudnya Surga Nyata Bawah Laut di Jantung Segitiga Karang Dunia.
Konsep visi dan misi Pemerintah Wakatobi seperti ini bisa dikatakan sesuatu yang ambisius dan mimpi, tapi inilah karakter wilayah ini karena berbeda dengan daerah lain di Indonesia karena potensi andalan adalah kekayaan sumber daya laut, baik hasil perikanan maupun pariwisata, khususnya obyek wisata terumbu karang, ujarnya.
Selain pariwisata, potensi sumber daya perikanan di Wakatobi, juga cukup kaya dengan ikan cakalang, tuna, kerapu, kakap, lobster, teripang, dan rumput laut, serta penangkaran satwa langka penyu.
Pemkab Wakatobi, kata Hugua, telah menfokuskan perhatian pada sektor pariwisata dan perikanan, meskipun dalam kerangka kebijakan pemerintah setempat bahwa prioritas utama pembangunan pada sektor pendidikan, kesehatan dan pembangunan sarana infrastruktur serta peningkatan pelayanan birokrasi pemerintah.
Dengan bertumpu pada prioritas utama pembangunan tersebut, sehingga alokasi anggaran sektor pariwisata dan sumber daya perikanan cukup kecil karena fokus perhatian kedua sektor ini bukan pembangunan fisik, tetapi lebih bersifat promotif terhadap potensi sektor pariwisata dan hasil-hasil perikanan, ujarnya.
Pada saat peresmian Bandara Matahora dan penerbangan perdana pesawat Susi Air (22/5), Menteri Perhubungan, Jusman Safi’i Jamal memuji inisiatif Pemerintah Kabupaten Wakatobi dan maskapai Susi Air yang telah melakukan terobosan membuka keterisolasian wilayah ini dengan membangun bandara dan pelayanan pesawat penerbangan.
Kami sangat menghargai dan mendukung inisiatif Bupati Wakatobi membangun bandara ini dan pihak maskapai Susi Air yang melayani penerbangan di daerah ini. Mudah-mudahan manfaatnya bisa memacu pusat-pusat pertumbuhan daerah ini dan sekitar, ujarnya.
Sebab, kata Menhub, pembangunan bandara tersebut sangat strategis untuk mendukung Kabupaten Wakatobi sebagai daerah wisata surga di bawah laut dan pemanfaatan potensi kekayaan sumber daya perikanan.
Hal senada dikatakan Gubernur Sultra Nur Alam, kehadiran Bandara Wakatobi sangat stretegis untuk mendukung pengelolaan potensi kekayaan alamnya terutama obyek wisata yang keindahan panorama bawah laut dan sumber daya perikanan.
Wakatobi sudah terkenal di dunia dengan aneka ragam dan keindahan terumbu karangnya, oleh karena itu, kehadiran bandara akan membuka mata dunia untuk menarik banyak pengunjung untuk menyaksikan surga di bawah laut, ujarnya.
Karena itu, kata Nur Alam, Pemerintah Provinsi Sultra akan mengoordinasikan dengan seluruh pemerintah kabupaten dan kota di Sultra agar membangun infrastruktur Bandara di daerahnya masing-masing agar bisa ’link’ dilayani oleh pesawat Susi Air.
Kami akan menyusun ’master plan’ penerbangan yang dapat melayani seluruh wilayah di Sultra dan juga daerah sekitarnya seperti Kepulauan Flores (NTT) dan Buru (Maluku) ujarnya.
Direktur Maskapai Susi Air, Susi Pujiastuti mengatakan, pihaknya menyediakan layanan transportasi udara tersebut pulang pergi dari dan ke Kendari - Wangi-Wangi sebanyak 10 kali dalam semiggu.
Susi menambahkan, pihaknya juga telah berkomitmen untuk melayani penerbangan di daerah pesisir yang memiliki visi penyelamatan lingkungan, oleh karena itu, selain penumpang, juga pesawat tersebut akan melayani kargo hasil perikanan yang ramah lingkungan.
Saya sampaikan bahwa kami tidak akan melayani kargo hasil perikanan yang diperoleh dengan menangkap ikan dengan bom, potasium, dan merusak hutan bakau serta tidak melayani kargo ikan hias.
ABI
Sumber : Ant
Sumber: Kompas.Com
Muhammad Caesar Akbar
Paramita Dwi Nastiti
Kamis, 28 Mei 2009
Bandara Buleleng ditawarkan ke HNA
Selasa, 26-MAY-2009
Bandara Buleleng ditawarkan ke HNA JAKARTA: Departemen Perhubungan menawarkan proyek pembangunan Bandara Internasional Buleleng di utara Bali sebagai pengganti Bandara Ngurah Rai Denpasar kepada Grup Hainan Airlines (HNA) China. Dirjen Perhubungan Udara Dephub Herry Bakti S. Gumay mengatakan tawaran itu berskema bangun, operasikan, dan transfer dengan masa konsesi hingga 30 tahun. Kalau dia [HNA] berminat pure bisa dari nol. Ada rencana memang Pemkab Buleleng dan Pemprov Bali menarik investor untuk membangun bandara baru di Bali utara, katanya kemarin. Menurut dia, penawaran pembangunan bandara baru di Bali kepada HNA karena Ngurah Rai diprediksi tidak mampu menampung pertumbuhan arus penumpang dalam 5 tahun ke depan. Herry menjelaskan HNA yang bermitra dengan PT Global Putra International (GPI) dapat membangun dan mengoperasikan Bandara Buleleng secara penuh tanpa melibatkan PT Angkasa Pura I dan II. Dasar kebijakan itu, paparnya, mengacu kepada UU Penerbangan yang memungkinkan investor swasta asing maupun domestik membangun dan mengelola bandara di Indonesia. Presiden & CEO Grup GPI Sumadi Kusuma mengatakan pihaknya berminat mengembangkan bisnis pengelolaan bandara, termasuk di Buleleng. Kami akan bicarakan hal itu, yang jelas kami berminat. Oleh Hendra Wibawa Bisnis Indonesia
Bandara Buleleng ditawarkan ke HNA JAKARTA: Departemen Perhubungan menawarkan proyek pembangunan Bandara Internasional Buleleng di utara Bali sebagai pengganti Bandara Ngurah Rai Denpasar kepada Grup Hainan Airlines (HNA) China. Dirjen Perhubungan Udara Dephub Herry Bakti S. Gumay mengatakan tawaran itu berskema bangun, operasikan, dan transfer dengan masa konsesi hingga 30 tahun. Kalau dia [HNA] berminat pure bisa dari nol. Ada rencana memang Pemkab Buleleng dan Pemprov Bali menarik investor untuk membangun bandara baru di Bali utara, katanya kemarin. Menurut dia, penawaran pembangunan bandara baru di Bali kepada HNA karena Ngurah Rai diprediksi tidak mampu menampung pertumbuhan arus penumpang dalam 5 tahun ke depan. Herry menjelaskan HNA yang bermitra dengan PT Global Putra International (GPI) dapat membangun dan mengoperasikan Bandara Buleleng secara penuh tanpa melibatkan PT Angkasa Pura I dan II. Dasar kebijakan itu, paparnya, mengacu kepada UU Penerbangan yang memungkinkan investor swasta asing maupun domestik membangun dan mengelola bandara di Indonesia. Presiden & CEO Grup GPI Sumadi Kusuma mengatakan pihaknya berminat mengembangkan bisnis pengelolaan bandara, termasuk di Buleleng. Kami akan bicarakan hal itu, yang jelas kami berminat. Oleh Hendra Wibawa Bisnis Indonesia
Jumat, 22 Mei 2009
ALLU12
tahu apa itu ALLU 12 !....
ALLU 12 adalah sekumpulan anak2 yg penuh dngan asa, mimpinya akan masa depan setinggi bintang, usahanya sekeras angin topan menerjang gunung, cita2nya mulia yaitu membahagiakan orang tua dan mendapat ridho ilahi, ......amin....
trdiri dari 28 org....(alhamdulillah org smua)...yg trbgi atas dua species yaitu 22 taruni dan 6 taruna....
dimulai dri 6 trganteng dlu....yaitu 6 taruna ALLU 12....
kenamnya mmliki nma msng2 yaitu :andre, gilang(danmen), caesar, fardan(cepot), putu(gelonggongan), n surya(pache)....
sdngkan ke-22 lainnya yg pling bawel n ssh diatr di brisan....he...yaitu:
agis, yati, dini" icha", acha, andi, aya, jeanny, titi"susi", juju"t-cha", pasa, rahma, rita, lina, ajeng, nasti"po'o", ningsih, putri, okta, sukra, siti, wening, n tria"anik"
kami dbilang kompak ...ngak jga...dibilang damai2 ja...ngak jg...coz srng brntm...mo tau kpn saat kta kmpk ....yaitu saat sma2 mlz plng pnddkan, saat sket tali sptu(hnya klngan trtntu yg tahu), n saat rme2 rbtan mknan....he...
bru 2 blan kta slng mngnal....hnya sbgian kcl yg kta thu antra hdp kta msng2....insya allah empat thn kdpn kta msh bsa eksis tdk krng satu apapun...tetap dgn ALLU 12, tetep dgn 6 taruna dan 22 taruni....aminnnnnnn
ALLU 12 adalah sekumpulan anak2 yg penuh dngan asa, mimpinya akan masa depan setinggi bintang, usahanya sekeras angin topan menerjang gunung, cita2nya mulia yaitu membahagiakan orang tua dan mendapat ridho ilahi, ......amin....
trdiri dari 28 org....(alhamdulillah org smua)...yg trbgi atas dua species yaitu 22 taruni dan 6 taruna....
dimulai dri 6 trganteng dlu....yaitu 6 taruna ALLU 12....
kenamnya mmliki nma msng2 yaitu :andre, gilang(danmen), caesar, fardan(cepot), putu(gelonggongan), n surya(pache)....
sdngkan ke-22 lainnya yg pling bawel n ssh diatr di brisan....he...yaitu:
agis, yati, dini" icha", acha, andi, aya, jeanny, titi"susi", juju"t-cha", pasa, rahma, rita, lina, ajeng, nasti"po'o", ningsih, putri, okta, sukra, siti, wening, n tria"anik"
kami dbilang kompak ...ngak jga...dibilang damai2 ja...ngak jg...coz srng brntm...mo tau kpn saat kta kmpk ....yaitu saat sma2 mlz plng pnddkan, saat sket tali sptu(hnya klngan trtntu yg tahu), n saat rme2 rbtan mknan....he...
bru 2 blan kta slng mngnal....hnya sbgian kcl yg kta thu antra hdp kta msng2....insya allah empat thn kdpn kta msh bsa eksis tdk krng satu apapun...tetap dgn ALLU 12, tetep dgn 6 taruna dan 22 taruni....aminnnnnnn
Sabtu, 16 Mei 2009
Hercules Milik TNI AU Kecelakaan di Papua
Senin, 11 Mei 2009 | 18:21 WIB
Laporan wartawan KOMPAS Aryo Wisanggeni G
MAKASSAR, KOMPAS.com — Pesawat jenis Hercules 130 B milik TNI AU mengalami kecelakaan karena mendarat sepuluh meter sebelum ujung landasan pacu Bandar Udara Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya, Papua, Senin (11/5). Hal itu disampaikan Panglima Komando Operasi TNI AU II Marsekal Muda TNI Yushan Sayuti.
Pesawat itu melaksanakan tugas rutin angkutan udara. Pendaratan dilakukan pada pukul 13.33 WIT. Pada saat akan mendarat, roda pendaratan sudah dikeluarkan. Akan tetapi, pesawat mengalami undershoot, atau mendarat sebelum mencapai ujung landasan pacu. Pada saat touch, roda belakangnya membentur tanah yang berjarak sekitar sepuluh meter dari landasan pacu sehingga keempat ban belakang pesawat terlepas, kata Yushan di Makassar, Senin petang.
Menurutnya, pesawat itu meluncur terus di atas landasan pacu, dan baru berhenti di depan terminal penumpang, tetapi tidak terbakar. Salah satu roda menghantam seorang warga bernama Awi Itloy (30) yang kebetulan berada di luar pagar timur bandara.
Korban itu mengalami patah lengan kanan dan luka robek di kening bagian kanan. Itu akibat benturan dengan ban Hercules yang ukurannya cukup besar. Korban sudah dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Wamena. Ban Hercules yang terpental juga menghantam rumah warga. Seorang penumpang pesawat bernama Nita Kobal, berusia 23 tahun, dadanya memar akibat benturan saat penumpang berebut keluar pesawat, kata Yushan.
Menurutnya, kepastian penyebab kecelakaan akan diteliti oleh Panitia Penyelidik Kecelakaan Pesawat Terbang. Saya belum tahu kapan. Akan tetapi, karena seluruh awak pesawat selamat, akan lebih mudah mengetahui penyebab terjadinya kecelakaan itu, kata Yushan.
Sumber: Kmpas.Com
http://regional.kompas.com/read/xml/2009/05/11/
18211575/Hercules.Milik.TNI.AU.Kecelakaan.di.Papua
Laporan wartawan KOMPAS Aryo Wisanggeni G
MAKASSAR, KOMPAS.com — Pesawat jenis Hercules 130 B milik TNI AU mengalami kecelakaan karena mendarat sepuluh meter sebelum ujung landasan pacu Bandar Udara Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya, Papua, Senin (11/5). Hal itu disampaikan Panglima Komando Operasi TNI AU II Marsekal Muda TNI Yushan Sayuti.
Pesawat itu melaksanakan tugas rutin angkutan udara. Pendaratan dilakukan pada pukul 13.33 WIT. Pada saat akan mendarat, roda pendaratan sudah dikeluarkan. Akan tetapi, pesawat mengalami undershoot, atau mendarat sebelum mencapai ujung landasan pacu. Pada saat touch, roda belakangnya membentur tanah yang berjarak sekitar sepuluh meter dari landasan pacu sehingga keempat ban belakang pesawat terlepas, kata Yushan di Makassar, Senin petang.
Menurutnya, pesawat itu meluncur terus di atas landasan pacu, dan baru berhenti di depan terminal penumpang, tetapi tidak terbakar. Salah satu roda menghantam seorang warga bernama Awi Itloy (30) yang kebetulan berada di luar pagar timur bandara.
Korban itu mengalami patah lengan kanan dan luka robek di kening bagian kanan. Itu akibat benturan dengan ban Hercules yang ukurannya cukup besar. Korban sudah dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Wamena. Ban Hercules yang terpental juga menghantam rumah warga. Seorang penumpang pesawat bernama Nita Kobal, berusia 23 tahun, dadanya memar akibat benturan saat penumpang berebut keluar pesawat, kata Yushan.
Menurutnya, kepastian penyebab kecelakaan akan diteliti oleh Panitia Penyelidik Kecelakaan Pesawat Terbang. Saya belum tahu kapan. Akan tetapi, karena seluruh awak pesawat selamat, akan lebih mudah mengetahui penyebab terjadinya kecelakaan itu, kata Yushan.
Sumber: Kmpas.Com
http://regional.kompas.com/read/xml/2009/05/11/
18211575/Hercules.Milik.TNI.AU.Kecelakaan.di.Papua
Perlu Kaji Ulang Sistem Landing Pesawat di RI
KNKT, Asosiasi Pilot Indonesia
Perlu Kaji Ulang Sistem Landing Pesawat di RI
Selasa, 17 Maret 2009 | 07:30 WIB
Selama ini di dunia penerbangan dikenal istilah Soft Landing, terutama terkait dengan mulusnya proses pendaratan sebuah penerbangan. Sebagian besar penumpang pesawat terbang merasa gusar dan khawatir terhadap keselamatannya apabila dalam pendaratan terkesan pesawat agak kasar. Beberapa waktu terakhir ini, di Indonesia agak sering terjadi kasus kecelakaan penerbangan pada saat pendaratan, baik saat cuaca hujan maupun kering.
Terlepas dari apapaun penyebab kecelakaan tersebut, faktor cuaca, human error atau teknis lainnya, adalah urusan KNKT RI. Saya ingin berbagi pengalaman selama bertugas di Brasil, yang dalam bertugas sebagian besar menggunakan jasa penerbangan. Menurut pengamatan saya, para pilot di Brasil rata-rata (99 persen) tidak menggunakan metode soft landing namun saya sebut saja hard landing system. Hampir semua proses landing pesawat yang pernah saya gunakan - naiki di Brasil pada saat mendarat selalu menerapkan metode hard landing. Dalam arti saat touching landasan, terkesan badan pesawat dihentakkan pada kecepatan tertentu.
Terbalik dengan metode yang selama ini saya alami di Indonesia, yang selalu mengharapkan soft landing. Karena penasaran, saya beberapa kali berbincang dengan pilot Brasil, dan mendapat jawaban bahwa metode hard landing memang ditengarai lebih aman terutama pada landasan yang relatif pendek, dan pada saat cuaca hujan-gerimis karena roda pesawat akan mencengkram landasan lebih mantap dan pasti.
Tentu metode hard landing tidak menjamin 100 persen bebas dari kecelakaan penerbangan saat landing. Namun menurut para pilot Brasil, pada kenyataanya metode tersebut hingga hari ini diakui paling aman dan baik - paling tidak meminimalisir peristiwa kecelakaan penerbangan. Barangkali, para pilot RI perlu juga melakukan studi dan kajian tentang metode hard landing Brasil ini, guna meningkatkan keselamatan pada penerbangan nasional kita. Terima kasih.
S. Sitorus
Qd 202, bloco 104 C, Brasilia DF, Brasil
Brasilia DF
Sumber: Kompas.Com
http://www.kompas.com/suratpembaca/read/5803
Perlu Kaji Ulang Sistem Landing Pesawat di RI
Selasa, 17 Maret 2009 | 07:30 WIB
Selama ini di dunia penerbangan dikenal istilah Soft Landing, terutama terkait dengan mulusnya proses pendaratan sebuah penerbangan. Sebagian besar penumpang pesawat terbang merasa gusar dan khawatir terhadap keselamatannya apabila dalam pendaratan terkesan pesawat agak kasar. Beberapa waktu terakhir ini, di Indonesia agak sering terjadi kasus kecelakaan penerbangan pada saat pendaratan, baik saat cuaca hujan maupun kering.
Terlepas dari apapaun penyebab kecelakaan tersebut, faktor cuaca, human error atau teknis lainnya, adalah urusan KNKT RI. Saya ingin berbagi pengalaman selama bertugas di Brasil, yang dalam bertugas sebagian besar menggunakan jasa penerbangan. Menurut pengamatan saya, para pilot di Brasil rata-rata (99 persen) tidak menggunakan metode soft landing namun saya sebut saja hard landing system. Hampir semua proses landing pesawat yang pernah saya gunakan - naiki di Brasil pada saat mendarat selalu menerapkan metode hard landing. Dalam arti saat touching landasan, terkesan badan pesawat dihentakkan pada kecepatan tertentu.
Terbalik dengan metode yang selama ini saya alami di Indonesia, yang selalu mengharapkan soft landing. Karena penasaran, saya beberapa kali berbincang dengan pilot Brasil, dan mendapat jawaban bahwa metode hard landing memang ditengarai lebih aman terutama pada landasan yang relatif pendek, dan pada saat cuaca hujan-gerimis karena roda pesawat akan mencengkram landasan lebih mantap dan pasti.
Tentu metode hard landing tidak menjamin 100 persen bebas dari kecelakaan penerbangan saat landing. Namun menurut para pilot Brasil, pada kenyataanya metode tersebut hingga hari ini diakui paling aman dan baik - paling tidak meminimalisir peristiwa kecelakaan penerbangan. Barangkali, para pilot RI perlu juga melakukan studi dan kajian tentang metode hard landing Brasil ini, guna meningkatkan keselamatan pada penerbangan nasional kita. Terima kasih.
S. Sitorus
Qd 202, bloco 104 C, Brasilia DF, Brasil
Brasilia DF
Sumber: Kompas.Com
http://www.kompas.com/suratpembaca/read/5803
Langganan:
Postingan (Atom)